Cara Meringkas Yang Baik


Sebuah ringkasan adalah informasi yang padat atau ide penting dari sebuah naskah sumber (misalnya sebuah bacaan atau diskusi). Hal seperti itu membantu pembaca untuk fokus pada poin-poin utama bacaan/diskusi serta menyingkirkan konsep-konsep yang kurang penting. Bagi pembaca, ringkasan berguna karena mambantu pembaca untuk menghemat waktu ringkasan. Dan juga berguna bagi yang meringkas karena proses sintesa informasi adalah suatu kecakapan berpikir tingkat tinggi yang berharga.
Panjangnya ringkasan bisa antara beberapa kalimat dan beberapa alinea, tergantung dari panjangnya naskah sumber dan tingkat kedetilan yang ingin anda masukan dalam ringkasan.
  •  Singkat: Sebuah ringkasan seharusnya merupakan reformulasi informasi yang paling penting dengan menggunakan kata-kata anda sendiri. Ia harus jauh lebih singkat dari pada naskah asli dan harus tidak ada kutipan dari naskah sumber. Kalaupun ada, sedikit saja. Apabila anda meringkas secara lisan, panjang ringkasan itu harus TIDAK LEBIH dari tiga menit. Setelah 3 menit, pendengar sudah tidak lagi memperhatikan dengan baik.
  • Menyebutkan kembali (restate) ide utama naskah: Sebuah ringkasan memberikan sebuah gambaran singkat dari ide-ide sentral yang terungkap dalam naskah original.
  • Mempunyai sebuah tujuan yang terfokus: Apabila anda mempunyai suatu tujuan khusus mengenai ringkasan itu, ia membantu anda memilih informasi penting saja dan tetap singkat.

Strategi-strategi untuk menuliskan ringkasan yang efektif:
  • Baca dan baca lagi secara seksama naskah yang dipilih: Pastikan anda mengerti karya itu dan maksud penulis.
  • Ingatlah kata-kata tanya yang utama: Siapa, Apa, Kapan, Di mana, Mengapa dan Bagaimana.
  • Reformulasikan poin-poin utama penulis dalam kata-kata anda sendiri: Hal ini membuat anda terbebas dari penjiplakan pikiran dan perkataan orang lain. Strategi ini juga memastikan agar anda tahu apa yang menjadi ide utama.
  • Buatlah draft ringkasan. Buatlah draft kasar (yang bisa saja lebih panjang dari yang dibutuhkan) sehingga anda dapat langsung bekerja dengan memakai katakata anda sendiri.
  •  Revisi draft: Hapus apa saja yang merupakan informasi tambahan—hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan ide utama naskah. 
  • Review ringkasan: Baca kembali apa yang telah anda tulis, atau minta seseorang membacakannya bagi anda. Dapatkah seseorang yang belum pernah membaca naskah itu memahami apa yang terjadi? Apakah ide utamanya telah ditonjolkan? Kalau ada yang membacakan pekerjaan anda bagi anda, satu cara yang baik untuk menguji efektivitas ringkasan tersebut adalah apabila orang tersebut dapat menceritakan ide sentral dari naskah tersebut tanpa membacanya kembali.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Makna Konseptual dan Makna Kontekstual


Makna Kontekstual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, yang dimaksud konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna. Menurut Susilo yang dimaksud dengan konteks adalah segenap informasi yang berada disekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada disekitarnya (Preston, 1984:12).
Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa makna kontekstual (contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya (2008:72). Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks.  Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).
Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya, penggunaan makna kontekstual adalah terdapat pada kalimat berikut.
a.       Kaki adik terluka karena menginjak pecahan kaca.
b.      Nenek mencari kayu bakar di kaki gunung.
c.       Pensilku terjepit di kaki meja.
d.      Jempol kakinya bernanah karena luka infeksi.
Penggunaan kata kaki pada kalimat diatas, bila ditilik pada konteks kalimatnya memiliki makna yang berbeda. Pada kalimat (a), kata kaki berarti ‘alat gerak bagian bawah pada tubuh makhluk hidup’. Sedangkan pada kalimat (b), kata kaki disana memiliki arti ‘bagian bawah dari sebuah tempat’. Untuk kalimat (c), kata kaki merupakan ‘bagian bawah dari sebuah benda’. Berbeda dengan kalimat (d), kata kaki disana memiliki makna ‘bagian dari alat gerak bagian bawah makhluk hidup’. Kata kaki pada hakikatnya, mengandung maksud bagian terbawah dari sebuah objek. Tetapi, dalam penggunaa kata tersebut juga harus disesuaikan dengan konteks, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian kata kaki.
Makna Konseptual
a. Makna Konseptual
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengunkapkan yang dimaksud dengan konsep adalah rancangan; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konseptual diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan konsep. Chaer juga menuliskan dalam bukunya makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun (1994: 293).
Dapat dikatakan pula bahwa, makna konseptual merupakan makna yang ada pada kata yang tidak tergantuk pada konteks kalimat tersebut. Makna konseptual juga disebut dengan makna yang terdapat dalam kamus. Contoh dari makna konseptual adalah kata ‘ibu’ yakni ‘manusia berjenis kelamin perempuan dan telah dewasa’.
Makna konseptual sebuah leksem dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah atau dikurangi unsurnya (Sarwiji, 2008:73). Contohnya pada kata atau leksem demokrasi. Leksem tersebut dapat diperluas unsurnya menjadi demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, maka makna konseptual tersebut akan berubah.
b. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Denotatif
Sarwiji (2008:73) juga menggambarkan bahwa makna konseptual bisa disebut makna denotatif, yaitu makna kata yang masih merujuk pada acuan dasarnya sesuai dengan konvensi bersama. Makna denotatif sendiri merupakan makna yang lugas, dasar dan apa adanya. Chaer mengartikan makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif mengacu makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem (1994: 292).
Jadi, makna denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata atau leksem yang diartikan secara lugas, polos, asli, apa adanya, sebenarnya dan masih mengacu pada satu sumber atau konvensi bersama. Dengan begitu makna denotatif merupakan makna dasar. Lawan makna denotatif adalah makna konotatif, yang lebih mengandung nilai rasa emotif dalam penggunaannya.
Contoh makna denotatif sebenarnya sama dengan makna konseptual tadi. Namun, untuk lebih jelasnya yang termasuk contoh makna denotatif adalah ‘bunga’ diartikan sebagai ‘bagian tumbuhan yang digunakan sebagai alat reproduksi atau berkembang biak’.
c. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Referensial
Makna refensial adalah makna sebuah kata atau leksem kalau ada refernsnya, atau acuannya. Jadi, sebuah kata atau leksem dikatakan bermakna referensial jika ada referensnya atau acuannya (Dwi, 2008). Referens merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Setaningyan mencontohkan kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Referensi menunjuk hubungan antara elemen-elemen linguistik dan dunia pengalaman di luar bahasa (Sarwiji, 2008:75). Sehingga harus ada acuannya di dalam dunia nyata ini. Contoh dari makna referensial ini sama dengan makna konseptual dan makna denotatif, karena artinya pun sama, yaitu pada kata ‘pensil’ yang berarti ‘alat yang digunakan untuk menulis dan dapat dihapus dengan karet penghapus’.
d. Makna Konseptual Sama Dengan Makna Leksikal
Makna Konseptual sama artinya dengan makna denotatif. Makna Denotatif adalah makna asli atau sebenarnya yang dimiliki sebuah kata, sehingga makna denotatif sama dengan makna leksikal (Rini Eka, 2008). Makna leksikal adalah makna leksem atau kata yang diartikan ketika tidak dipengaruhi konteks atau saat leksem tersebut berdiri sendiri.
Makna leksikal merupakan kata yang bersifat dasar, hubungan gramatika dan belum mengalami konotasi yang mengacu pada sebuah lambang kebahasaan. Makna leksikal adalah makna yang bersifat lugas dan merupakan makna yang sebenar-benarnya. Dalam makna ini, sebuah kata masih murni dan belum menyiratkan makna-makna lain. Makna leksikal juga lebih dikenal dengan makna yang berada dalam kamus dan mengacu pada makna yang disepakati bersama.
Sama halnya dengan makna-makna sebelumnya yaitu, makna konseptual, makna denotatif, dan makna leksikal, makna leksikal memiliki contoh kata yang berdiri sendiri. Contoh tersebut adalah ‘buaya’ yang berarti ‘binatang melata karnivora purba yang hidup di air dan memiliki sisik tajam’. Arti kata itu berlaku pada kalimat berikut ‘Adik melihat penangkapan buaya di pinggir sungai’. Tidak berlaku pada kalimat berikut ‘Lelaki itu terkenal dengan sebutan lelaki buaya dikalangan wanita”. Pada kalimat kedua, kata buaya bukan lagi sebagai makna leksikal, konseptual, denotatif maupun makna referensial.
Dari beberapa uraian diatas mengandung maksud bahwa makna konseptual adalah makna yang sebenarnya, asli, polos, lugas, tidak tergantung pada konteks, masih merujuk pada acuan dasar sebuah kata. Makna konseptual secara gampang dijelaskan sebagai makna yang ada didalam kamus. Makna konseptual juga berarti makna denotatif, makna referensial, dan makna leksikal
Sumber :
http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Yang Ringan


Karya ilmiah merupakan pemaparan hasil dari suatu penelitian yang dapat berupa makalah, laporan akhir, skripsi, tesis ataupun disertasi. Dalam penulisan suatu karya ilmiah diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar. Secara mendasar, penulisan karya ilmiah ini hanya terdiri dari tiga aspek penting yaitu pendahuluan, is dan penutup. Tanpa adanya ketiga aspek ini dapat dikatakan karya ilmiah tidak akan tersusun dengan sistematis. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci ketiga aspek tersebut:

·         Pendahuluan
Bagian pendahuluan memerinci hal-hal yang menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian ini terdiri dari: latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penentuan sumber data, hipotesis dan definisi operasional.

·         Isi
Pada bagian isi dikemukakan gagasan permasalahan yang hendak disampaikan. Dapat juga dikemukakan temuan-temuan dan analisis terhadap data sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan. Pada bagian ini juga terdapat landasan teori yang menjadi pendekatan dan acuan dalam membahas atau meneliti suatu perusahaan.

·         Penutup
Bagian penutup biasanya terdiri dari kesimpulan dan saran atau rekomendasi yang harus dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kegiatan penelitian serta masalah yang dihadapi diuraikan secara ringkas. Saran dibuat untuk menanggapi penyelesaian masalah yang belum terbahas dalam penelitian tersebut.

Agar penulisan karya ilmiah dapat tersusun dengan benar ada baiknya kita membuat kerangka penulisan terlebih dahulu agar memudahkan kita dalam menulis. Perlu diperhatikan juga tata bahasa sesuai dengan kaidah dan penggunaan EYD yang baik dan benar agar karya tulis yang kita buat dapat dipahami oleh pembaca.

Sumber:
Think Smart Bahasa Indonesia (Ismail Kusmayadi)
                                                                   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jokowi : Jakarta Untuk Semua


Beberapa  waktu lalu, masyarakat DKI Jakarta disibukkan dengan pelaksanaan pemilihan calon gubernur dan wakil gubernur. Salah satu calon gubernur yang menarik perhatian warga Jakarta yaitu Joko Widodo yang akrab dipanggil Jokowi. Bersama rekannya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, ia mencalonkan diri menjadi pasangan gubernur-wakil gubernur yang berasal dari partai PDI Perjuangan.

Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sebagai wakil, Basuki T Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon Gubernur.

Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon petahana yang diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam satu putaran. Selain itu, PKS yang meraup lebih dari 42 persen suara untuk Adang Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur Wahid yang sudah dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan dengan partai lainnya, PDIP dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6 kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat untuk Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid. Namun LP3ES sudah memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.

Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua. Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Walikota Solo 2010 serta pendukung Faisal Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.

Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%. Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat 46,19%.Hasil serupa juga diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%, dan lima stasiun TV. Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%, Cyrus Network sebesar 54,72% melawan 45,25%. Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.


Keberhasilan Jokowi – Ahok seperti telah memberi secercah harapan baru bagi warga Jakarta. Mereka berharap dengan terpilihnya pasangan Jokowi – Ahok dapat menuntaskan beragam masalah pelik di Jakarta seperti banjir dan kemacetan yang sekarang ini telah menjadi sahabat sehari-hari warga ibukota. Dengan program 100 hari dari hari penetapannya sebagai gubernur, Jokowi mencanangkan berbagai macam program Untuk Pegawai Negeri Sipil Balaikota, pasangan Jokowi-Basuki akan mengkaji rencana memakai baju daerah dalam hari tertentu. Dalam mengatasi kemacetan di Jakarta, akan dilakukan penyempurnaan transportasi makro. Proyek-proyek lainnya di bidang transportasi seperti monorail dan Mass Rapid Transit (MRT) juga akan dilanjutkan. Di bidang ekonomi, pasar tradisional akan diperbanyak. Selain itu, Jokowi-Basuki juga akan menambah 1.000 bus Transjakarta agar target peningkatan penumpang setiap tiga menit bisa tercapai.Sementara itu, masyarakat juga dipastikan akan mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak.



Dengan berbagai program yang telah direncanakan tersebut, masyarakat DKI Jakarta berharap bahwa kedepannya Jakarta dapat berbenah menjadi Jakarta yang lebih baik lagi. Karena sebagai ibukota negara, Jakarta tentunya menjadi wajah Indonesia di mata dunia yang jika Jakarta ditata semakin baik dapat menimbulkan kesan positif terhadap dunia internasional.



Referensi :

http://id.wikipedia.org/joko-widodo/
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/22/21255833/Inilah.Program.100.Hari.JokowiBasuki




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS